RSS

Menjadikan Shalat Lebih Bermakna

23 Jul

Jakarta, mbakdloh
Setidaknya lima kali dalam sehari semalam hampir semua umat Islam melaksanakan shalat. Akan tetapi kebanyakan umat Islam hanya berpikiran dan mengetahui bahwa mendirikan shalat sekedar mendapat pahala; menjauhkan dari dosa. Agar masuk surga dan terhindar dari siksa neraka.

Menurut Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Izza Rahman Nahrowi cara berpikir itu memang umum pada masa kecil. Walaupun hingga sekarang, setelah dewasa, masih saja banyak orang merasa cukup untuk berpikir seperti itu. Seberapa sadarkah kita akan arti penting shalat yang sesungguhnya? tanyanya saat acara bedah buku terbarunya Rahasia Bacaan Shalat: Makna-Makna Sejuk Di Tengah Ibadah Khusuk di Jakarta baru-baru ini.

Menurutnya, ketidakmauan berpikir lebih dalam tentang hakikat dan manfaat shalat adalah salah satu sebab mengapa seseorang menjalankan shalat sekadar sebagai rutinitas. Akhirnya, rutinitas kerap dianggap sebagai beban, dari itu di lakukan dengan malas-malasan. Salat bukanlah kerjaan sampingan, tegasnya.

Peneliti di Center for Dialoge and Cooperation among Civilization (CDCC) ini mengatakan menjalankan shalat berarti menyelaraskan diri dengan alam, yang selalu tunduk dan bertasbih kepada Allah. Ketika melaksanakan shalat, itu berarti kita sedang menempatkan diri dalam posisi yang tepat di tengah alam ini. Seirama dengan alam, tunduk dan berserah diri kepada Sang Pencipta, yaitu Allah Swt, ujarnya.

Itu berarti dalam shalat diperlukan keteringatan kepada Allah. Dengan mengingat Allah, katanya, seseorang menjadi sadar akan kedekatan dirinya dengan Allah. Dengan demikian, menjalankan shalat sebenarnya juga berarti memagari diri dari melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak direstui oleh Allah.

Dengan mengingat Allah juga, kita pun membuka jalan untuk keluar dari segenap persoalan atau masalah yang kita hadapi. Allah adalah Sang Maha Penolong, paparnya.

Shalat dengan demikian, kata M Dwi Fajri yang juga turut menulis buku tersebut, menjadikan muslim lebih siap menghadapi hidup dan problematikanya dibanding sebelumnya. Kesiapan ini terwujud salah satunya karena aktivitas mengingat Allah itu membuat hati kita tenteram, kata dosen UHAMKA ini.

Pada sisi lain, kata Fajri menambahkan ketenteraman hati ini sangatlah bermanfaat bagi kesehatan psikis. Berbagai penyakit mental orang zaman sekarang acap kali adalah dampak dari hilangnya perasaan tenteram di hati. Melalui shalat, ketenteraman ini bisa diperoleh. Wajar bila para pakar ilmu jiwa berhasil menunjukkan berbagai pengaruh positif aktivitas menjalankan shalat terhadap kesehatan mental pelakunya, ujar peneliti di Pusat Studi Agama dan Peradaban (PSAP) ini.

Kesehatan psikis telah terbukti mempunyai pengaruh terhadap kesehatan fisik. Betapa meruginya, ia mengingatkan, bila seseorang hanya memandang shalat sebagai rutinitas atau beban yang mengurangi waktu untuk mengerjakan hal yang lain. Shalat adalah aktivitas penuh makna dan manfaat yang perlu dijalani dengan penuh perhatian dan penghayatan, pungkasnya. (pelita/cr-12)

 
2 Komentar

Ditulis oleh pada 23 Juli 2009 inci Berita

 

2 responses to “Menjadikan Shalat Lebih Bermakna

  1. Try Yulianti T

    4 Agustus 2009 at 03:32

    Alhamdulillah,secercah pencerahan yang menyinari kalbu.
    Terima kasih atas postingannya.

     
  2. komarudin

    13 Mei 2010 at 15:51

    sebenarnya demikkian yang diharapkan,dari hikmah shalat bagi manusia (u’muslim).tapi kenyataan ain banyak orang tau perintah,eee..yang tidak mengerjakan banyak juga seakan ga tahu,atau pura-pura tidak tahu,mungkin karena hasil dan makna yang dirasakan dari shalat itu tidak terbukti langsung,sehingga manfaat dan kegunaan shalat masi bias dan tidak tercerna kedalam hati dan jiwa umat islam. karenanya saya juga masi sangat kurang menerapkan manfaat dan kegunaan shalat kepada anak didik kami, walaupun dengan sajian materi yang menarik dan akan membekas pada diri mereka, tpi itu hanya sesaat, terbukti ketika jam shalt juhur tiba dan saat istirahat banyak yg tidak shalat seakan tidak menjadi beban bagi diri mereka. bagai mana ya……? terapan pendidikan yang benar benar – tercapai dan terarah?

     

Tinggalkan komentar